Menangkap dan Memenjarakan Angin

Menangkap dan memenjarakan angin.

Itulah judul dari kisah abu nawas kali ini.
Rasanya kok sulit ya untuk dilaksanakan oleh Abu Nawas ini.

Al kisah...
Abu Nawas kaget bukan main saat seorang utusan Baginda Raja datang ke rumahnya.
Ia diharuskan menghadap Baginda secepatnya.
Pikiran Abu Nawas bertanya-tanya, permainan apalagi yang akan dihadapi kali ini.

Setelah tiba di istana, Baginda Raja menyambut Abu Nawas dengan sebuah senyuman.
GR langsung tuh Abu Nawas...

"Akhir-akhir ini aku sering mendapt gangguan perut. Kata tabib pribadiku, aku terkena serangan angin," kata Baginda memulai pembicaraan.
"Ampun Tuanku, apa yang bisa hamba lakukan hingga hamba dipanggil," tanya Abu Nawas.
"Aku hanya menginginkan engkau menangkap angin dan memenjarakannya," kata Baginda.

Abu Nawas hanya diam.
Tak sepatah kata pun keluar dari mulutnya.
Ia tidak memikirkan cara menangkap angin nanti tetapi ia masih bingung bagaimana cara membuktikan bahwa yang ditangkap itu memang benar-benar angin.

Karena angin tidak bisa dilihat.
Tida ada benda yang lebih aneh dari angin.
Tidak seperti halnya air walaupun tidak berwarna tetapi masih bisa dilihat.
Sedangkan angin tidak.

Parahnya lagi, Baginda hanya memberi waktu tidak lebih dari 3 hari.
Abu nawas pulang dengan membawa pekerjaan rumah dari Baginda Raja.
Namun Abu Nawas tidak begitu sedih.

Karena berpikir adalah sudah merupakan bagian dari hidupnya, bahkan merupakan suatu kebutuhan.
Ia yakin bahwa dengan berfikir akan terbentanglah jalan keluar dari kesulitan yang sedang dihadapi.
Dan dengan berfikir pula ia yakin bisa menyumbangkan sesuatu kepada orang lain yang membutuhkan terutama orang-orang miskin.
Karena tak jarang Abu Nawas menggondol sepundi penuh uang emas hadiah dari Baginda Raja atas kecerdikannya.

Akan tetapi sudah 2 hari ini si Abu Nawas belum juga mendapat akal untuk menangkap angin apalagi memenjarakannya.
Sedangkan besok adalah hari terakhir yang telah ditetapkan oleh Baginda Raja.
Abu Nawas hampir putus asa.
Abunawas benar-benar tidak bisa tidur walaupun hanya sekejap.

Mungkin sudah takdir, kayaknya kali ini Abu Nawas harus menjalani hukuman karena gagal melaksanakan perintah Baginda.
Ia berjalan gontai menuju istana.

Nah...
Di sela-sela kepasrahannya kepada takdir ia teringat sesuatu, yaitu Aladin dan lampu wasiatnya.
"Bukankah jin itu tidak terlihat?" guman Abu Nawas.
Ia langsung kegirangan dan segera berlari pulang.

Sesampainya di rumah, ia secepat mungkin segala sesuatunya kemudian menuju istana.
Di pintu gerbang istana, si Abu Nawas langsung dipersilahkan masuk oleh para pengawal karena Baginda sedang menunggu kehadirannya.

Dengan tidak sabar Baginda langsung bertanya kepada Abu Nawas.
"Sudahkah engkau berhasil memenjarakan angin hai Abu Nawas?" tanya Baginda.
"Sudah Paduka yang mulia." jawab Abu Nawas dengan wajah berseri-seri.

Abu Nawas kemudian mengeluarkan botol yang sudah disumbat.
Kemudian botol tersebut diserahkan kepada Baginda.
Baginda Raja menimang-nimang botol itu sebelum bertanya lebih lanjut.

"Mana angin itu hai Abunawas?" tanya Baginda.
"Di dalam, Tuanku yang mulia," jawab Abu Nawas.
"Aku tak melihat apa-apa," kata Baginda.
"Ampun Tuanku, memang angin tidak bisa dilihat, tetapi bila paduka ingin tahu angin, tutup botol itu harus dibuka terlebih dahulu," kata Abu Nawas menjelaskan.

Setelah tutup botol dibuka, Baginda mencium bau busuk.
Bau busuk yang sangat menyengat hidung.
"Bau apa ini, hai Abu Nawas?" tanya Baginda marah.
"Ampun Tuanku yang mulia, tadi hamba buang angin dan hamba masukkan ke dalam botol.
Karena hamba takut, angin yang hamba buang itu keluar.
Maka hamba memenjarakannya dengan cara menyumbat mulut botol," jelas Abu Nawas.

Akan tetapi Baginda tidak jadi marah karena penjelasan Abu Nawas memang masuk akal.
Untuk kesekian kalinya Abu Nawas selamat.

Subscribe to receive free email updates:

27 Responses to "Menangkap dan Memenjarakan Angin"

  1. asik pertamaxx....
    wach wach,ada ada saja kang abu ini..
    selalu menemukan akal yang hebat..
    makasih ka

    ReplyDelete
  2. sugeng siang...

    Kali ini lucuuuu....bisa ngerjain sang raja pula.

    Met aktifitas kang abu...

    ReplyDelete
  3. kalo masuk angin gimana cara ngeluarinnya..?

    ReplyDelete
  4. ha ha ha ha ketawa aja kalo mampir kesini...jiahahah abu nawar gokil tapi memberikan banyak pelajaran...

    ReplyDelete
  5. hahahaa abu nawasnya pinter ketemu raja yang bodo

    ReplyDelete
  6. abu nawas emang bener bener deh..
    hehe..
    =D

    ReplyDelete
  7. hmmmmm sang baginda menyium bau kentut dooong

    ReplyDelete
  8. gimana ya bau kentuntnya abu nawas..:D

    ReplyDelete
  9. Hehe, funny story. Abu Nawas is such a witty man :)

    ReplyDelete
  10. kunjungan malam gan sambil follow balik di no 365

    ReplyDelete
  11. Hmmmp,selalu ingin berkomentar disini ka..
    makasih..

    ReplyDelete
  12. he he, btw kiranya bau apa di botol itu? :p

    ReplyDelete
  13. cerdik......!
    kunjungan perdana
    salam

    ReplyDelete
  14. wakwakwakwakkk . ,

    aneh2 nii anginnya si Abu Nawas . ,

    ReplyDelete
  15. hahahhaah, sayang baginda nya masak cium angin kentut ,

    salut deh buat penjelasan dari abunawas :D

    ReplyDelete
  16. wah masih belum update ya..
    maaf nih pak saya komen disini lagi..
    kunjungan rutin aja..
    (:

    ReplyDelete
  17. kebodohan dilawan dengan kecerdikan...

    ReplyDelete
  18. eitss masih menangkap angin he he he ditunggu artikel inspirasinya...mmmm

    ReplyDelete
  19. jiahahaha.... ngelabuin lagi :D eh ngomong ngomong kenapa raja didalam kisah abunawas banyak banget ya??

    ReplyDelete
  20. wahhhhhhhh bau kentut di simpam , emang jitu ya hahahahahaha

    ReplyDelete