Seandainya saja Abu Nawas mau, maka sudah sejak dulu ia menjadi kaya raya dan hidup makmur bersama anak istrinya.
Karena Abu Nawas berkali-kali memperoleh sepundi penuh uang emas.
Hadiah-hadiah yang melimpah ruah tersebut habis, karena dibagi-bagikan kepada orang-orang yang sangat memerlukan.
Abu Nawas memang dikenal sebagai orang yang suka membela orang-orang yang lemah dan tertindas.
Suatu hari ada seorang laki-laki yang mengadukan nasibnya yang amat buruk.
Tak seorang pun berani menolong karena masalahnya melibatkan penguasa yaitu seorang hakim.
Maka ia disaranka agar minta tolong kepada Abu Nawas.
Laki-laki itu bercerita kepada Abu Nawas.
"Ketika tidur aku bermimpi berdagang dengan Tuan Hakim.
Aku membeli dagangan beliau dengan jumlah yang amat besar hingganilainya mencapai ribuan dinar.
Namum ketika aku melakukan pembayaran aku terjaga," kata laki-laki itu.
"Lalu apa masalahmu?" tanya Abu Nawas.
"Kemudian aku menceritakan mimpiku itu kepada teman dan tetangga.
Dan tak kusangka-sangka mimpiku itu tersebar kemana-mana.
Ketika Tuan Hakim mendengarnya, dia langsung ke rumah mencariku dan meyita rumahku dan isinya.
Dia tidak peduli walaupun itu hanya terjadi dalam mimpi.
Karena aku dianggap melanggar hukum.
Menurut dia, mestinya aku segera melaporkan tentang mimpiku kepadanya kemudian langsung melakukan pembayaran.
Kini aku sudah tidak mempunyai apa-apa lagi.
Tolonglah aku Wahai Abu Nawas...," laki-laki itu bercerita.
Abu Nawas gemas mendengar pengaduan laki-laki itu.
Ia menyanggupi akan membantu laki-laki itu dan berjanji akan mengembalikan semua kekayaan yang telah dirampas oleh Hakim dengan semena-mena.
Abu Nawas mengumpulkan seluruh murid-muridnya.
"Kita wajib membantu orang yang memang memerlukan pertolongan.
Besok tepat setelah shalat subuh kita hancurkan rumah hakim yang terkenal zalim itu.
Sekarang siapkan peralatan yang dibutuhkan," kata Abu Nawas dengan serius.
Murid-murid Abu Nawas menyiapkan segala sesuatunya tanpa membantah sedikit pun.
Setelah mengerjakan shalat jamaah subuh, Abu Nawas bersama-sama muridnya berangkat menuju rumah Hakim.
Dan tanpa perintah lagi mereka mulai menggempur rumah Hakim.
Tuan Hakim yang sedang tidur lelap tiba-tiba terbangun karena kegaduhan itu.
Karena jumlah murid Abu Nawas yang begitu banyak, tuan Hakim tidak berani mencegah.
Ia berlari menuju istana untuk melaporkan kepada Baginda Raja Harun Al-Rasyid.
Abu Nawas pun segera dipanggil menghadap Baginda.
"Wahai Abu Nawas, benarkah engkau dan murid-muridmu ingin merobohkan rumah tuan Hakim?" tanya Baginda.
"Benar Tuanku yang mulia," jawab Abu Nawas.
"Apa yang menyebabkan engkau berbuat begitu?
Bukankah engkau tahu bahwa perbuatan seperti itu tergolong tindakan pidana dan bisa dihukum?" tanya Baginda.
"Baginda yang mulia, sebenarnya yang menyebabkan hamba nekat berbuat begitu hanya karena mimpi," kata Abu Nawas menjelaskan.
"Hanya karena mimpi?" tanya Baginda hera.
"Betul Tuanku yang mulia," jawab Abu Nawas.
"Mimpi apa?" tanya Baginda penasaran.
"Hamba bermimpi telah membeli rumah tuan Hakim.
Hamba merencanakan rumah tuan Hakim yang telah hamba bayar itu untuk dijadikan masjid.
Dari itulah hamba memerintahkan murid-murid hamba untuk merobohkannya," jelas Abu Nawas.
"Undang-undang yang mana yang membenarkan perbuatyan seperti itu hai Abu Nawas?" kata Baginda mulai marah.
"Undang-undang yang dirancang oleh tuan Hakim sendiri, Baginda junjungan hamba," jawab Abu Nawas meyakinkan.
"Apa maksudmu?" tanya Baginda belum mengerti.
Abu Nawas lalu bercerita tentang nasib laki-laki yang malang itu.
Mendengar cerita Abu Nawas, Baginda Raja naik pitam.
"Ini betul-betul perbuatan yang tidak masuk akal.
Hai Hakim, benarkah apa yang diceritakan Abu Nawas?" tanya Baginda kepada hakim itu.
"Sepenuhnya benar Tuanku yang mulia," jawab tuan Hakim dengan tubuh gemetar.
"Engkau sebagai hakim mestinya tidak melanggar undang-undang.
Engkau seharusnya menjaga dan menerapkan undang-undang dengan baik dan adil.
Namun engkau dengan kekuasaan yang aku berikan malah merobek-robek keadilan dengan melakukan penyitaan harta orang lain hanya karena mimpi," murka Baginda kepada hakim.
"Ampun Baginda yang mulia," jawab Hakim.
"Itu adalah perbuatan yang paling memalukan yang pernah aku dengar.
Sekarang engkau harus mengembalikan semua harta dan rumah yang engkau sita kepada laki-laki itu," murka Baginda lebih lanjut.
Di samping harus mengembalikan harta dan rumah, tuan Hakim yang zalim itu juga mendapat hukuman dari Baginda Raja.
Abu Nawas telah mewujudkan mimpinya menjadi kenyataan.
Hakim yang jahat.
Kok bisanya membuat undang-undang sendiri.
Memang berlian harus digosok dengan berlian.
cerita yg sarat dg pesan tersirat. Keren. Memang ternyata mengoreksi kesalahan org lain itu lbh mudah drpd diri sendiri:)
ReplyDeleteAhhh..., seandainya orang dg kepribadian seperti Abu Nawas ada di negeri ini, pasti dunia akan aman. Bolehkan berharap? salam sobat
berani, cerdik dan kebenaranya bsa di pertanggung jawabkan.. itulah abu nawas. hehehe baru turun gunung dari mana aja sob?
ReplyDeleteWah si Hakim mendapat ganjaran yang setimpal... demikian juga dengan hidup kita, apa yang kita tanam itu juga yang akan kita tuai :)
ReplyDeleteMakasih ceritanya
Hidup kadang terasa tidak adil..yang kaya semakin kaya, yang miskin semakin miskin .
ReplyDeletetapi dibalik itu semua pasti ada pelajaran yang mesti kita petik.
Mimpi lawan mimpi,benar sekali Abu Nawas memang pandai sekali, wahhhhhhhhh cerita yg mengesankan dan ga bosan2 aq ,,,,,
ReplyDeleteHebat banget si Abu Nawas
ReplyDeletelagi lagi kang abu nawas mempesona saya....
ReplyDeletemakasih ka atas pembelajaranya....
sudahlama saya tidak mendengar Tokoh hebat Abunawas.. Ajip kisahnya .. Bang,,,
ReplyDeleteyap . , sii hakim mendapatkan balasannya . ,
ReplyDeleteYups, bener kang...berlian harus digosok dengan berlian
ReplyDeletesuka akal-akalan yo harus diakali yo hehe...
abu nawas emang cerdik banget
ReplyDeletemet pagi kang Abu...
ReplyDeleteSll terpesona dengan kecerdasan Si Abunawas...
Benar2 brillian...
pelajaran buat hakim yg tidak adil (sambil melirik hakim2 di indonesia)
ReplyDeletejiaaaaaaaaaaaahhh
ReplyDeletedasar hakim gatau hukum
ikut kang r10 diatas melirik hakim Indonesia
abu nawas ini sosok yang ada dalam sejarah atau hanya legenda arab seperti halnya kabayan di tatar pasundan?
ReplyDeletekisah abunawas memang lucu, tapi dibalik itu ada falsafah yang dalam, sangat spiritual sekali.
ReplyDeleteabu nawas,,,jadi panutan dalam hal kecerdikan,,patut dicontoh,,^^
ReplyDeletesiip dech abu nawas.... apakah sekarang masih ada orang yang secerdik abu nawas tuk membantu orang lain dengan menegakkan keadilan??? sekarang heboh tentang gayus si makelar pajak
ReplyDeleteHakim yang lalim pantas mendapat ganjaran yang setimpal ... HAl tersebut bisa terjadi karena rajanya adalah raja yang adil ...
ReplyDeletebagus abu nawas ni ye..
ReplyDelete:)
beginilah hakim diindonesia..
ReplyDeleteharus ada abunawas di indonesia biar kasus diindonesia cepet beres..
hehe..
=D
semoga saja di kita muncul seperti kang abu nawas.
ReplyDelete.amiinn..
Hahahahaaa
ReplyDeleteBuaya di Kadalin nich
Assalamu'alaikum kang Abu....
ReplyDeleteSugeng enjang....
Ceritane lucu, mozok sang baginda dikasih kentut....dasar si Abu...hehe...
eh tuan hakim seperti itu sekarang ada ga sih?hehehe mudah2an ga ada ya... :)
ReplyDeletehakim yang tak adil, nerakalah tempatnya
ReplyDelete