Kisahnya...
Kawan-kawan Abu Nawas merencanakan akan mengadakan perjalanan wisata ke hutan.
Akan tetapi dengan tanpa keikutsertaan Abunawas, perjalanan akan terasa memenatkan dan membosankan.
Sehingga mereka beramai-ramai pergi ke rumah ABu Nawas untuk mengajaknya ikut serta.
Abu Nawaspun tidak keberatan, hingga mereka berangkat dengan mengendarai keledai masing-masing sambil bercengkrama.
Akan tetapi dengan tanpa keikutsertaan Abunawas, perjalanan akan terasa memenatkan dan membosankan.
Sehingga mereka beramai-ramai pergi ke rumah ABu Nawas untuk mengajaknya ikut serta.
Abu Nawaspun tidak keberatan, hingga mereka berangkat dengan mengendarai keledai masing-masing sambil bercengkrama.
Tiada terasa mereka telah menempuh hampir separuh perjalanan dan kini mereka tiba di pertigaan jalan yang jauh dari perumahan penduduk.
Mereka berhenti karena mereka ragu-ragu kemana jalan yang akan ditempuh.
Setahu mereka, kedua jalan itu memang menuju ke hutan tetapi hutan yang mereka tuju adalah hutan wisata yang berisi binatang-binatang buas.
Mereka berhenti karena mereka ragu-ragu kemana jalan yang akan ditempuh.
Setahu mereka, kedua jalan itu memang menuju ke hutan tetapi hutan yang mereka tuju adalah hutan wisata yang berisi binatang-binatang buas.
Abu Nawas hanya bisa menyarankan untuk tidak meneruskan perjalanan karena bila salah pilih maka mereka semua tak akan pernah bisa kembali.
Bukankah lebih bijaksana bila kita meninggalkan sesuatu yang meragukan?
Tetapi salah seorang dari mereka tiba-tiba berkata,
"Aku mempunyai dua orang sahabat yang tinggal dekat semak-semak sebelah sana.Mereka adalah saudara kemabr, dan tak seorang pun bisa membedakan keduanya karena rupa mereka begitu mirip.
Yang satu selalu berkata jujur, sedangkan yang lainnya selalu berkata bohong.Dan mereka adalah orang-orang aneh karena mereka hanya mau menjawab satu pertanyaan saja."
Bukankah lebih bijaksana bila kita meninggalkan sesuatu yang meragukan?
Tetapi salah seorang dari mereka tiba-tiba berkata,
"Aku mempunyai dua orang sahabat yang tinggal dekat semak-semak sebelah sana.Mereka adalah saudara kemabr, dan tak seorang pun bisa membedakan keduanya karena rupa mereka begitu mirip.
Yang satu selalu berkata jujur, sedangkan yang lainnya selalu berkata bohong.Dan mereka adalah orang-orang aneh karena mereka hanya mau menjawab satu pertanyaan saja."
"Apakah engkau mengenali salah satu dari mereka yang selalu berkata benar?" tanya Abu Nawas.
"Tidak," jawab kawan Abu Nawas singkat.
"Baiklah kalau begitu kita beristirahat sejenak," sambung Abu Nawas.
Abu Nawas makan daging dengan madu bersama sahabat-sahabatnya.
Seusai makan mereka berangkat menuju ke rumah yang dihuni dua orang kembar bersaudara.
Setelah pintu dibuka, maka keluarlah salah seorang dari dua orang kembar bersaudara itu.
"Maaf, aku sangat sibuk hari ini.Engkau hanya boleh mengajukan satu pertanyaan saja, tidak boleh lebih," katanya.
Kemudian Abunawas menghampiri orang itu dan berbisik.Orang itu pun juga menjawab dengan cara berbisik pula kepada Abu Nawas.Abu Nawas mengucapkan terima kasih dan segera mohon diri.
"Hutan yang kita tuju melewati jalan sebelah kanan," kata Abu Nawas kepada sahabatnya.
"Bagaimana engkau tahu bisa memutuskan harus menempuh jalan sebelah kanan? Sedangkan kita tidak tahu apakah orang yang kita tanya itu orang yang selalu berkata benar atau yang selalu berkata bohong?" tanya salah seorang dari mereka.
"Hutan yang kita tuju melewati jalan sebelah kanan," kata Abu Nawas kepada sahabatnya.
"Bagaimana engkau tahu bisa memutuskan harus menempuh jalan sebelah kanan? Sedangkan kita tidak tahu apakah orang yang kita tanya itu orang yang selalu berkata benar atau yang selalu berkata bohong?" tanya salah seorang dari mereka.
"Karena orang yang kutanya menunjukkan jalan yang sebelah kiri," kata Abu Nawas.
Karena masih belum mengerti juga, maka Abu Nawas menjelaskan.
Tadi aku bertanya:
"Apakah yang akan dikatakan saudaramu bila aku bertanya jalan mana yang menuju hutan yang indah?"
Bila jalan yang benar itu sebelah kanan dan bila orang itu kebetulan yang selalu berkata benar maka ia akan menjawab,
"Jalan sebelah kiri, karena ia tahu saudara kembarnya akan mengatakan jalan sebelah kiri sebab saudara kembarnya selalu berbohong."
Bila orang itu kebetulan yang selalu berkata bohong, maka ia akan menjawab:
"Jalan sebelah kiri, karena ia tahu saudara kembarnya akan mengatakan jalan sebelah kiri sebab saudara kembarnya selalu berkata benar."
hehehehe.....ternyata abunawas sampe sekarang masih cerdik sob thank u banyak ceritanya ini sebuah pelajaran yang berarti bagi kita semua..
ReplyDeleteoww.....trik n logika yg cerdas dari si Abu Nawas.
ReplyDeleteMet malam kang...met istirahat yaa..:)
Wah memang cerdas sangat Abu Nawas.....
ReplyDeleteSalam sahabat....
ini jg bisa dijadikan sumber dari game teori di matakuliah riset operasi :D
ReplyDeletehehe si abu nawas ini gak pernah kehilangan akal atau tidah mudah panik walopun dalam posisi tertekan salalu ada aja jalan keluarnya. Hebat!
ReplyDeleteabu nawas selalu cerdik
ReplyDeletesalam sobat
ReplyDeletedisini memang tempatnya cerita yang menarik
meilih jalan yang lurus
ReplyDeleteSlalu saja cerdikkk
ReplyDeletewah, mungkin abunawas orang tercerdik di dunia , hehe
ReplyDeletebagus sob ceritanya , thanks
Jadi terinspirasi Kisah Abu Nawas ..
ReplyDelete^_^
SALAM BERKAWAND
ow..begitu caranya
ReplyDeletelogis
ReplyDelete:)
mantaap sob , lanjutkan membuat artikel yg bagus2 seperti ini ^_^
ReplyDeletecerdik abu nawas..
ReplyDelete:)
cara memilih jalan yang bener ya ga..abunawas juga kisanya..mantabs,,,salam kenal
ReplyDeleteAbu Nawas lucu tapi banyak akalnya.
ReplyDeletemet siang kawan
ReplyDeleteberkunjung mo baca ceritanya yang bagus ini
terima kasih
mat sore sob mampir lagi ni baca cerita abunawas
ReplyDeletedari ceritanya, aku masih bingung ma si kembar, mana yang bohong mana yang jujur? apa ada alat ujui test nya? he.....
ReplyDeletehahha, si abu nawas emang gak pernah kehilangan akal..
ReplyDeletekunjungan pagi sambil membaca petualangan abu nawas...
ReplyDeletewah gk usah beli komik nih kalo mau baca cerita si abu nawas. Thanks friend
ReplyDeletesalam sobat
ReplyDeleteberkunjung siang mau pulang kerja
di tunggu cerita selanjutnya kawan
ReplyDeletehebattttt betul pak abu ini
ReplyDeletewaduh pening sekali awalnya. seperti belajar logik matematik gayanya. setelah diulang baca, sampai juga di benak kepala
ReplyDelete